Category: Cerita Pendek

Little Nisa (part 8)

“Waah, rajin bangeet. Sekalian disapu semua, ya! godaku pada kawan sebangku aku. Dia hanya sedikit menoleh, sambil menjulurkan lidah. Kembali melanjutkan piketnya. Aku selesai menaruh

Little Nisa (part 7)

Dalam benak Nisa, belum tersimpan banyak pengetahuan. Dulu, sewaktu masih bersama ibunya, tidak ada yang namanya dibacakan buku. Dinyanyikan lagu anak-anak. Apalagi, sampai melihat televisi.

Little Nisa (part 6)

“Sini, yuk!” Lina berdiri dari kasur. Berjalan keluar kamar. Dua anak manusia yang sesungguhnya banyak menyimpan takjub, mengekor begitu saja. “Inih … namanya televisi. Kalau

Little Nisa (part 5)

Aku kembali merapikan semua perlengkapan belajar yang masih ada di meja. Tak lupa, kubereskan pula milik Debby. Segera kusampirkan tas di pundak kanan. Tangan kananku

Little Nisa (part 4)

Selesai sudah hari yang penuh pengalaman baru. Bayangkan, akhirnya aku bisa menyanyi. Biar saja, nada dan suara belum seirama. Nanti pasti bakal diajari lagi. Perhatian

Little Nisa (part 3)

Majalah anak, mulai kukenal. Sebut saja: Kuncung, Bobo, Donal Bebek, Tintin, Nina, dan masih banyak lagi. Tentunya, semua kunikmati berkat adanya penyewaan buku. Terkadang juga

Terror Bisa Beracun

Sudah dua minggu aku berada di rumah saja, keluar hanya untuk membeli kebutuhan penting. Itu pun hanya di warung Ceu Entin yang jaraknya lima rumah

Tempat Menetap

Andai aku menjadi pohon beringin. Pasti tubuhku kuat, rambutku lebat, dan bisa meneduhkan orang lain,” katamu. Aku hanya bisa mendengar semua harapan dan keluh kesah

Little Nisa (part 2)

“B-u, bu. D-i, di. Bu … di. Nah, sekarang kamu coba lanjutin sendiri. Om nyimak, ya!” perintah pria yang berstatus anak bungsu dari nenekku itu.

Menanti Berita Kematian

Lahan pemakaman, malam hari. Aku masih berdiri tegak di permukaan tanah merah. Saat semua manusia sedang tertidur dan beristirahat, aku tetap membuka mata bersama teman