• Jelajahi

    Copyright © blog bodi
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Iklan

    Menanti Berita Kematian

    bodi.web.id
    28 September 2023, September 28, 2023 WIB Last Updated 2024-08-14T22:46:22Z
    [[---]]
    [[---]]


    Lahan pemakaman, malam hari. Aku masih berdiri tegak di permukaan tanah merah. Saat semua manusia sedang tertidur dan beristirahat, aku tetap membuka mata bersama teman penghuni pemakaman ini. Tidak banyak yang menemaniku di pekatnya gelap malam, hanya suara angin yang bertiup melewati hutan bambu di sekeliling lahan pemakaman.

    Aku melihat dalam kegelapan. Tempat ini cukup luas. Sudah beberapa hari belakangan tempat ini terasa sangat sepi. Biasanya, gagak datang menemani. Dia selalu membawa banyak cerita yang ingin kudengar. Namun, tidak untuk beberapa malam belakangan ini. Meski begitu, aku tetap bersiap adanya berita yang akan meramaikan tempat tinggalku. Ya, aku selalu bersiap untuk menggugurkan daun jika suatu saat gagak membawa kabar mengenai kematian. Agar tempat ini tetap wangi.

    Tiap kali gagak datang dengan bunyi khasnya sambil mematuk-matukkan paruh di batangku. Maka, tidak lama kemudian manusia berbondong-bondong datang untuk pemakaman. Mereka mengantarkan jenazah hingga liang lahat dengan wajah sendu, mata bengkak dan merah, serta air mata yang membasahi pipi.

    Mungkin yang meninggal adalah orang kesayangan atau tokoh yang sangat dielu-elukan. Akan tetapi, aku tidak peduli hal itu. Karena, setelah mereka semua pergi, sang mayit akan sendiri. Tetap akulah yang menemani di tanah pemakaman ini. Menyaksikan sendiri dekomposer memakan jasad tersebut. Menemani sampai daging tubuh mereka habis hingga tersisa tulang belulang.

    “Kemana burung gagak pergi?” tanyaku pada diri sendiri.

    Tepat tengah malam, burung gagak datang menemuiku. Dia tampak sehat dan tidak kekurangan suatu apapun. Terkadang, aku iri dengan burung berbulu hitam itu, bisa pergi ke mana pun untuk melihat dunia. Sementara aku, hanya diam di sini menunggu berita.

    “Hai, Gagak! Apakah kau membawa kabar malam ini?”

    “Sayang sekali, aku tidak membawa kabar apapun,” ujar Gagak dengan lesu dan wajah tertunduk.

    “Bukankah sedang mewabah virus mematikan di kampung ini? Mengapa tidak ada yang mati.” Aku sangat penasaran dan menunggu kabar dari Gagak.

    “Kau sangat tahu, kematian tidak disebabkan karena virus atau penyakit.”

    “Ya, tapi kematian selalu ada penyebabnya.”

    “ Hahaha. Tidak kah kau berpikir banyak manusia yang meninggal mendadak?”

    “Karena penyakit jantung?”

    “Bukan, karena sudah waktunya mereka dijemput kematian.”

    “Mereka selalu bilang karena jantung.”

    “Itu hanya sebuah alasan yang ingin mereka dengar saja. Sejatinya, kematian itu datang kapan pun dan di mana pun. Tidak perlu sebuah alasan yang mendahuluinya.”

    “Lalu, bagaimana sekarang? Tidakkah kau ke sini untuk mengabarkan sesuatu?”

    “Entahlah, sayapku yang membawaku ke sini. Aku menemuimu tanpa kabar kematian. Mungkin, aku hanya ingin menemuimu.”

    “Tidak biasanya seperti ini. Sudah puluhan tahun aku di sini mendengar isyarat kematian. Pasti sekarang pun kau ke sini membawa kabar kematian.”

    “Tidak, Kemboja. Aku bukanlah pembawa kabar kematian. Semua sudah ada yang mengaturnya.”

    “Tidak, Gagak. Aku yakin dengan firasatku. Jika tidak ada manusia yang meninggal. Maka kabarkan kematianku pada dunia.”

    “Bukankah kau tidak bisa mati?”

    “Aku tetaplah makhluk hidup yang akan mengalami kematian.”

    Aku, kemboja yang selalu menggugurkan daun sebelum layu dan mati. Kali ini, berita kematian itu untukku. Sudah waktunya bungaku gugur dan daunku mengering. Mungkin tidak ada yang menangisi kepergianku. Bahkan, mereka akan melupakanku, bunga kamboja yang telah puluhan tahun menghuni tempat pemakaman ini.

    Retno Qren,

    Tasikmalaya, 2/6/20

    Komentar

    Tampilkan

    Terkini